Jumat, 30 Desember 2011

SELAGI AIR TAK SEMAHAL BENSIN

Begitu penting namun begitu murah, fakta yang mungkin membuat air tak beharga dimata kita.

(Ketika dahaga begitu terasa dibakar terik matahari yang kian membara tak mampu kita mengecap setetes air lantaran tak punya uang limaribuan di dompet kita)
Sepenggal situasi yang sempat membuat aku merinding ketakutan. Takut lantaran aku harus jadi milyarder untuk sekedar menikmati sejuknya air setiap hari. Takut, karena begitu banyak orang disampingku yang bahkan tak punya uang sama sekali, yang artinya tak akan minum air sepanjang usianya. Takut sebab bila itu terjadi aku sudah takan bisa betahan hidup lebih lama.
Sejak bumi terbentuk, air menjadi suatu unsur  penting yang tak tergantikan dalam menjaga kelestarian makluk hidup di muka bumi. Faktanya semua yang hidup sangat membutuhkan air untuk tetap bertahan hidup. Keberadaan air yang hampir 71 % menutupi permukaan bumi  menjadi bukti bahwa air tak mungkin terpisahkan dari  kehidupan.
Pada dasarnya kita tentu tahu bagaimana pentingnya air bagi kita. Tanpa harus dijelaskan dan diteliti secara lebih ilmiah, air sudah dan akan tetap menjadi hal yang tak tergantikan untuk kita. Bayangkan  di rumah kita tak ada air yang bisa kita minum, atau tak ada air yang bisa kita pakai untuk mandi, tak ada air untuk mencuci, bisa dipastikan dalam jangka waktu tertentu kehidupan pelan-pelan akan melangkah pergi meninggaalkan kita. Di awal tulisanku ini aku bahkan bisa langsung membuat kesimpulan bahwa air tak ternilai harganya.
Air memang menjadi sumber daya alam yang secara alamiah sudah ada dan memiliki siklus kelestarian yang alamiah pula. Namun,  kenyatan yang sedang terjadi sekarang ini  menjadi ancaman serius bagi kita. Peningkatan populasi dan keusakan lingkungan yang sering terjadi menjadi situasi kritis yang punya potensi besar dalam merusak kelestarian sumbe daya air. Seharusnya semua orang merasa terancam dengan situasi ini, situasi dimana  kita sadar kalau kehidupan kita ikut berada dalam bahaya akibat adanya krisis air di muka bumi.
Keterbatasan air di muka bumi akan dengan sendirinya menyebabkan kelangkaan air. Bila persedian air mulai terbatas maka tak dapat dipungkiri lagi akan timbul perebutan dan monopoli terhadap sumber daya air, dan yang tak berkuasa akan menjadi pengguna sumber daya air dengan uang sebagai  tebusannya.
Global warming , bukanlah sekedar isu yang sering diberitakan dan dikumandangkan.  Pemanasan global telah memicu peningkatan suhu bumi yang mengakibatkan melelehnya es di gunung dan kutub, berkurangnya ketersediaan air, naiknya permukaan air laut dan dampak buruk lainnya. Ironisnya hal ini tidak terlepas dari campur tangan manusia yang justru merasakan air begitu penting dalam setiap aspek kehidupannya. Berbagai kegiatan pembangunan telah mengakibatkan perubahan penggunaan lahan dari penggunaan lahan pertanian ke penggunaan lahan non pertanian, yang pada dasarnya mengubah kondisi Daerah Aliran Sungai dari daerah yang lolos air menjadi daerah yang kedap air. Pencemaran, penebangan hutan dan berbagai tindakan perusakan lainya pada suatu saat akan menjadi mata pisau tajam yang melukai kehidupan di muka bumi.
Saat ini bumi mungkin masih punya persediaan air yang cukup, namun jika tak segera berbenah maka kenyataan pahit dimana kita harus menjadi kaya untuk menikmati air, telah menanti kita. Menjaga kelestarian lingkungan di sekitar kita menjadi tanggung jawab semua orang yang hidup. Tidak membuang sampah di sembarang tempat menjadi langkah awal yang baik dan dilanjutkan dengan kesadaran untuk tidak merusak alam lewat penebangan liar serta tetap mengupayakan  pemeliharaan Daerah aliaran air disekitar kita.
Air dijual  Rp. 6000 perliternya, ini artinya semua orang harus punya banyak uang. Sedangkan kita begitu membutuhkan air untuk hidup dan mengumpulkan banyak uang. Kenyataan ini belum terjadi jadi marilah kita menjaga kelestarian air di bumi kita sebelum air semahal bensin.

Rabu, 21 Desember 2011

DPD Sang Pelayan Daerah


kehidupan senantiasa memberikan peluang bagi semua yang hidup untuk bisa menjadi yang terbaik. Kadang setiap detik yang kita jalani adalah kesempatan yang mungkin akan menjadi satu dari sekian banyak jalan menuju kesuksesan.

Aku adalah satu dari jutaan manusia yang terlahir untuk mencoba mejadikan setiap detik dalam hidupku bermakna. Aku juga satu dari sekian banyak orang yang mungkin masih begitu jauh dari puncak kesuksesan. Sebab banyak orang disampingku bilang kalau aku terlalu banyak bermimpi entah disaat tidur maupun disaat aku terjaga. Apapun vonis mereka terhadapku, aku tetap merasa mimpi menjadi HAM bagiku. Aku bebas bermimpi sebelum ada hukum yang melarang orang untuk bermimpi.
                                                              PELAYAN DAERAH
Penuh kharisma,gagah berani bagai seorang pejuang, siap memperjuangkan apa yang harus aku perjuangkan.
“Bpk.Raimundus Gonsales Suky, maukah anda membangun jalan aspal di kampung kami ?”
Sebuah pertanyaan yang sedikit lucu bagiku, namun inilah suara dari rakyatku, rakyat yang dengan penuh keyakinan mempercayakan seluruh tangis dan tawa mereka di pundakku.Itu mungkin hanyalah sebuah pertanyaan polos dari seorang warga di kampungku, namun aku yakin di balik itu terukir sejuta harapan yang begitu luas dari mereka, mereka yang mungkin ingin agar ada mobil yang mau mampir sehingga tak perlu memikul beras puluhan kilometer untuk menjual hasil buminya.
Mengapa ini yang mereka minta ?, sedangkan aku tau betul kalau mereka adalah orang- orang kuat yang bahkan bisa mengangkat ratusan kilogram hasil panen menempuh jarak yang jauh. Apakah mereka mulai lelah ? Lelah dengan nasib mereka sebagai orang miskin. Tidak, mereka juga adalah orang yang seharusnya bisa menjadi seperti aku, yang berdasi dan dengan dompet tebal di kantongku.
Ya, pendidikan menjadi satu langkah awal yang harus aku perjuangkan untuk mereka. Dalam hati aku berjanji untuk dengan segala tenaga yang aku punya akan terus berjuang mengusahakan pendidikan yang layak untuk mereka semua. Bagaimana mungkin mereka bisa memiliki ekonomi yang baik selama banyak dari mereka yang bahkan tak tahu arti kata ekonomi. Mereka mungkin akan memiliki banyak uang saat panen nanti, tapi tak pernah tahu bagaiman uang itu membuat mereka lebih baik nantinya. Saat mereka sakit, banyak dari mereka yang enggan pergi ke puskesmas, bukan karena tak punya uang, tapi mereka tak tahu kalau obat dari dokter lebih baik dari ramuan dukun ataupun dedaunan alam di halaman rumah mereka, sehingga banyak yang sakit dan tak kuat lagi memikul beras di pundak mereka.
Inilah rakyatku, rakyat yang juga ingin menikmati detik-detik kehidupan mereka dengan bahagia. Mereka juga ingin sukses seperti aku. Tanggung jawab yang ada dipundakku kini, harus terus aku perjuangkan, sebab mereka memilih aku bukan untuk menjadi tuan melainkan pelayan yang setia mengantarkan aspirasi dan mimpi mereka ke hadapan pemerintah. Aku seorang pelayan daerahku.
Ya saya bersedia”
menjadi akhir dari mimpiku semalam,mimpi menjadi seorang anggota DPD RI.