Begitu penting namun begitu murah, fakta yang mungkin membuat air tak beharga dimata kita.
(Ketika dahaga begitu terasa dibakar terik matahari yang kian membara tak mampu kita mengecap setetes air lantaran tak punya uang limaribuan di dompet kita)
Sepenggal situasi yang sempat membuat aku merinding ketakutan. Takut lantaran aku harus jadi milyarder untuk sekedar menikmati sejuknya air setiap hari. Takut, karena begitu banyak orang disampingku yang bahkan tak punya uang sama sekali, yang artinya tak akan minum air sepanjang usianya. Takut sebab bila itu terjadi aku sudah takan bisa betahan hidup lebih lama.
Sejak bumi terbentuk, air menjadi suatu unsur penting yang tak tergantikan dalam menjaga kelestarian makluk hidup di muka bumi. Faktanya semua yang hidup sangat membutuhkan air untuk tetap bertahan hidup. Keberadaan air yang hampir 71 % menutupi permukaan bumi menjadi bukti bahwa air tak mungkin terpisahkan dari kehidupan.
Pada dasarnya kita tentu tahu bagaimana pentingnya air bagi kita. Tanpa harus dijelaskan dan diteliti secara lebih ilmiah, air sudah dan akan tetap menjadi hal yang tak tergantikan untuk kita. Bayangkan di rumah kita tak ada air yang bisa kita minum, atau tak ada air yang bisa kita pakai untuk mandi, tak ada air untuk mencuci, bisa dipastikan dalam jangka waktu tertentu kehidupan pelan-pelan akan melangkah pergi meninggaalkan kita. Di awal tulisanku ini aku bahkan bisa langsung membuat kesimpulan bahwa air tak ternilai harganya.
Air memang menjadi sumber daya alam yang secara alamiah sudah ada dan memiliki siklus kelestarian yang alamiah pula. Namun, kenyatan yang sedang terjadi sekarang ini menjadi ancaman serius bagi kita. Peningkatan populasi dan keusakan lingkungan yang sering terjadi menjadi situasi kritis yang punya potensi besar dalam merusak kelestarian sumbe daya air. Seharusnya semua orang merasa terancam dengan situasi ini, situasi dimana kita sadar kalau kehidupan kita ikut berada dalam bahaya akibat adanya krisis air di muka bumi.
Keterbatasan air di muka bumi akan dengan sendirinya menyebabkan kelangkaan air. Bila persedian air mulai terbatas maka tak dapat dipungkiri lagi akan timbul perebutan dan monopoli terhadap sumber daya air, dan yang tak berkuasa akan menjadi pengguna sumber daya air dengan uang sebagai tebusannya.
Global warming , bukanlah sekedar isu yang sering diberitakan dan dikumandangkan. Pemanasan global telah memicu peningkatan suhu bumi yang mengakibatkan melelehnya es di gunung dan kutub, berkurangnya ketersediaan air, naiknya permukaan air laut dan dampak buruk lainnya. Ironisnya hal ini tidak terlepas dari campur tangan manusia yang justru merasakan air begitu penting dalam setiap aspek kehidupannya. Berbagai kegiatan pembangunan telah mengakibatkan perubahan penggunaan lahan dari penggunaan lahan pertanian ke penggunaan lahan non pertanian, yang pada dasarnya mengubah kondisi Daerah Aliran Sungai dari daerah yang lolos air menjadi daerah yang kedap air. Pencemaran, penebangan hutan dan berbagai tindakan perusakan lainya pada suatu saat akan menjadi mata pisau tajam yang melukai kehidupan di muka bumi.
Saat ini bumi mungkin masih punya persediaan air yang cukup, namun jika tak segera berbenah maka kenyataan pahit dimana kita harus menjadi kaya untuk menikmati air, telah menanti kita. Menjaga kelestarian lingkungan di sekitar kita menjadi tanggung jawab semua orang yang hidup. Tidak membuang sampah di sembarang tempat menjadi langkah awal yang baik dan dilanjutkan dengan kesadaran untuk tidak merusak alam lewat penebangan liar serta tetap mengupayakan pemeliharaan Daerah aliaran air disekitar kita.
Air dijual Rp. 6000 perliternya, ini artinya semua orang harus punya banyak uang. Sedangkan kita begitu membutuhkan air untuk hidup dan mengumpulkan banyak uang. Kenyataan ini belum terjadi jadi marilah kita menjaga kelestarian air di bumi kita sebelum air semahal bensin.
"marilah kita menjaga kelestarian air di bumi kita sebelum air semahal bensin." Setuju mas, :D
BalasHapusSalam kenal ya, moga Mas jadi juara di blog writing competitionnya.. :)