Selasa, 23 April 2013

Akibat Salah Memilih Jurusan di Perguruan Tinggi



Memilih jurusan di perguruan tinggi sering diwarnai alasan-alasan 
pragmatis. Mudah mendapat pekerjaan, uang, dan imej merupakan alasan-alasan yang dominan. Mengambil jurusan sesuai dengan bakat belum merupakan tren. Bakat yang menonjol pun bisa kurang berkembang Itu saya alami ketika mau kuliah. Saya memilih jurusan yang tidak sesuai dengan kepribadian saya.

Saya tidak memahami pentingnya mengembangkan bakat ketika masih di SMA. Juga tidak ada informasi dari guru ataupun orang tua pentingnya mengambil jurusan sesuai bakat. Yang terlintas dalam pikiran adalah bagaimana agar punya gelar dan bisa kerja. Bagi orang tua saya pun- itu sudah cukup.

Setelah lulus SMA tahun 1982, saya berangkat ke Jakarta dengan naik kapal laut Tampomas. Setelah tiba di Jakarta, besoknya saya langsung berangkat ke Bandung untuk mengikuti ujian PERINTIS I, sebutan untuk ujian saringan masuk ke perguruan tinggi kelompok I (USU, UI, IPB, ITB, UNPAD, UGM, UNBRAW, ITS) pada waktu itu.

Ditemani oleh kenalan yang sudah dua tahun di Bandung, saya mengisi formulir pendaftaran ujian PERINTIS I. Saya tidak ragu memilih Teknik Elektro sebagai pilihan pertama, tetapi tidak punya opsi untuk pilihan kedua. Hampir setengah jam saya mempertimbangkan pilihan kedua. Saya tidak punya hasil test kepribadian yang bisa menolong untuk memilih jurusan.

Kenalan saya memberi beberapa usulan. Ia menawarkan jurusan Teknik Mesin, Teknik Industri, Teknik Kimia, Teknik Pertambangan dan Geologi. Semuanya saya tolak. Saya menolak jurusan Teknik Mesin karena takut tidak lulus. Ranking jurusan Teknik Mesin hampir sama dengan jurusan Elektro pada waktu itu. Bila gagal di jurusan Teknik Elektro, kemungkinan besar akan gagal juga di jurusan Teknik Mesin.

Saya menolak Teknik Industri karena jurusan ini menawarkan mata kuliah ekonomi, topik yang tidak saya sukai di SMA. Jurusan Teknik Kimia juga saya tolak karena kapok dengan pelajaran Kimia Karbon di kelas III SMA. Jurusan Teknik Pertambangan dan Geologi saya tolak karena tidak pernah mendengar jurusan-jurusan ini.

Kenalan saya menawarkan usulan terakhir. "Bagaimana kalau jurusan Teknik Perminyakan?" "Jurusan ini tentang apa?" tanya saya. Ia menjawab, "Kalau lulus dari Teknik Perminyakan uangnya banyak." Langsung saya jawab, "Ini saja." Saya pun memilih jurusan Teknik Perminyakan sebagai pilihan kedua.

Beberapa waktu kemudian, hasil ujian PERINTIS I diumumkan. Ketika saya baca hasilnya di koran, nama saya tidak muncul di jurusan teknik Elektro, tetapi muncul di jurusan Teknik Perminyakan ITB. Saya sangat senang.
Namun, hanya dua bulan saya menikmati kuliah di Teknik Perminyakan. Setelah itu, minat kuliah sirna. Di samping itu, ada beberapa hal yang membuat minat saya semakin memudar kuliah pada jurusan ini. Dan ini terus berlanjut sampai studi di luar negeri pada jurusan yang sama lewat bantuan beasiswa PERTMINA.

Setelah lulus kuliah, saya diterima bekerja Departemen Engineeering di Marathon Petroleum Indonesia Ltd. Namun, tidak ada gairah untuk bekerja. Kinerja tidak begitu menonjol. Belasan tahun saya 'mengembara di padang pasir', mengerjakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan bakat.

Pada tahun 1996 saya memutar haluan professi. Saya meminta agar dipindahkan ke bagian SDM, pekerjaan yang sesuai dengan bakat saya pada waktu itu. Menejemen menyetujui permohonan saya. Mulailah ada gairah dalam pekerjaan sekalipun tidak semulus yang saya harapkan. Sampai hari ini pemikiran mengerjakan pekerjaan sesuai bakat terus tertanam dalam pikiran saya.

Renungan:
  • Bila Anda ingin kuliah, pilihlah jurusan yang sesuai dengan bakat Anda agar tidak banyak waktu yang terbuang percuma di kemudian hari. Ini akan menjadi bekal untuk memilih pekerjaan sesuai dengan bakat. Hindarilah memilih jurusan karena alasan uang atau mudah-mendapat-kerja.
  • Bila Anda telah mengambil jurusan yang salah, pertimbangkanlah untuk mengganti jurusan. Bila Anda terlanjur salah mengambil jurusan, dan sekarang sudah bekerja dan merasa tidak begitu menonjol pada pekerjaan Anda, pertimbangkanlah untuk mengganti pekerjaan. Ambillah langkah-langkah untuk memilih pekerjaan sesuai bakat Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar